Selain menjalankan online
shop, saya juga pernah membuka loket pembayaran. Awalnya tidak sengaja
karena keluarga dan tetangga minta dibantu bayar listrik via online supaya
tidak perlu pergi jauh-jauh. Kemudian saya menemukan banyak peluang cashback di
marketplace dari pembayaran digital. Jadilah saya akhirnya membuka loket.
Di
internet terutama di sosial media banyak pengiklan yang menyampaikan bahwa
peluang loket pembayaran itu sangat menguntungkan, katakan saja dengan bermodal
kuota dan gadget, sehari-hari cuma duduk di rumah, bisa berpenghasilan besar.
Menurut se-pengelaman saya, hal itu ternyata tidak sepenuhnya benar, karena
setelah saya menjalankan loket ternyata banyak kekurangan yang tidak disampaikan
oleh pengiklan. Jadi jika kamu penasaran ingin mencoba bisnis loket pembayaran
tidak ada salahnya membaca tulisan ini dulu. Karena sebelum kita menggunakan
uang ada baiknya riset kecil-kecilan dulu supaya tidak terlalu rugi di akhir.
Siapa saja yang bisa membuka loket pembayaran?
- Fresh Alumni, sembari mencari lowongan kerja setelah lulus kuliah, gunakan waktu kosong untuk mencoba bisnis loket. Saya tidak menyarankan pelajar untuk menjadikan bisnis loket sebagai sampingan, karena walaupun sampingan, tetap saja memakan waktu dan tenaga yang mana sebaiknya digunakan untuk fokus belajar.
- Pemilik toko, counter, laundry atau tempat-tempat yang berpotensi mendatangkan banyak orang.
- Ibu rumah tangga, ketika anak sedang di sekolah sementara ibu bersantai di rumah setelah menyelesaikan semua tugas rumah, adalah waktu yang tepat untuk berbisnis loket.
Kelebihan dari Bisnis Loket Pembayaran:
Tidak perlu mencari orang.
Pasang saja banner di rumah
sebagai publikasi agar orang-orang tahu kita menyediakan jasa, selebihnya
mereka akan berdatangan sendiri. Walaupun di awal-awal tidak setiap hari
mendapat pelanggan, tetapi seiring berjalannya waktu, menyebar informasi dari
mulut ke mulut, lama-lama akan banyak juga yang datang.
Peluang cashback hingga puluhan ribu.
Pada saat itu,
marketplace yang menjadi partner saya adalah Tokopedia yang menyediakan banyak
cashback untuk produk digital. Sebagai contoh, untuk setiap pembelian token
listrik senilai 20.000, saya mendapat
cashback 2.500 dengan memakai ADMINFREE.
Walau voucher itu hanya bisa digunakan
beberapa kali saat akun saya masih terbilang baru, tetapi saya bisa mendapat
voucher-voucher lain dengan berlangganan email promosi. Pernah juga saya
mendapat cashback 20.000 saat membayar tagihan listrik pascabayar sejumlah 200
ribuan. Kalau dikumpulkan, cashback yang berbentuk saldo TokoCash ini mampu
menutup kebutuhan kuota dan pulsa yang saya pakai untuk berjualan online.
Mengubah uang di rekening menjadi uang tunai secara mudah.
Biasanya ketika kita ingin melakukan tarik tunai, kita harus pergi ke ATM yang
mana akan cukup melelahkan jika harus antri, belum lagi bayar parkir. Semakin
sering parkir, semakin bertambah pengeluaran. Jika kita menggunakan uang di
rekening untuk membayar tagihan-tagihan orang lain, maka kita akan mendapat
uang tunai sebagai gantinya, dan kita pun menghemat waktu dalam mengkonversi uang.
Kekurangan dari Bisnis Loket Pembayaran:
Bisnis apapun bukan tidak mungkin ada kekurangannya.
Termasuk di bisnis loket pembayaran ini, kalau di sosial media para pengiklan
hanya mengatakan yang manis-manis saja, kita juga perlu memahami betul-betul
sisi pahitnya. Kekurangan ini lebih tepat saya sebut ‘kelemahan’ karena bisa
juga diperbaiki agar terus meningkat, ini saya sampaikan berdasarkan pengalaman
sendiri dengan kata-kata sesopan mungkin agar orang-orang yang menjalankan
loket tidak putus semangat.
1. Persentase keuntungan yang kecil.
Sudah pasti kalau menjalankan bisnis loket itu berarti kita menggunakan uang
kita untuk membayar tagihan orang, dan uang yang dideposit juga harus dalam
jumlah besar agar bisa melayani banyak pelanggan sekaligus. Walau marketplace
menyediakan cashback untuk produk digital, cashback tersebut sepertinya tidak
akan selalu tersedia jangka panjang, sehingga lama kelamaan laba yang diperoleh
bisa sangat kecil. Misalnya, untuk modal 1 juta, laba yang diperolah tidak
mencapai 100 ribu.
Solusi: Hindari orang-orang yang berhutang. Karena bisnis
loket itu mengandalkan perputaran modal yang cepat, maka setiap transaksi harus
dilakukan secara kontan. Disini pasti ada saja godaan terutama jika teman
sedang butuh pulsa di waktu urgent, tapi percayalah, teman yang benar-benar
teman akan menghargai profesimu.
2. Ketidakseimbangan finansial.
Bingung juga nyebut istilah
ini, jadi kurang lebih ketika kita punya usaha utama seperti toko misalnya,
sebagian modal kita bisa saja tertahan akibat dipakai bayar tagihan sehingga
kita tidak bisa langsung membeli stock baru untuk barang jualan. Kalau kamu
tergolong orang berpengalaman dalam mengelola modal mungkin kendala seperti ini
gak akan terjadi, tetapi biasanya pada pemula kasus seperti ini terjadi begitu
saja tanpa disadari.
Solusi: Sisihkan budget khusus loket, tahan diri untuk
tidak melakukan transaksi dengan mengambil budget dari posko lain.
3. Privasi kurang terjaga.
Karena saya tidak memiliki toko
offline, jadi bangunan yang saya tempati berupa rumah sederhana, yang mana
siapa saja merasa bebas datang kapan pun mereka butuh. Awalnya saya merasa
senang karena ketika baru pindah, banyak tetangga yang datang bersilaturahmi ke
rumah sembari bayar tagihan dan beli token listrik.
Tapi lama kelamaan agak mengganggu
karena kedatangan tamu/pelanggan tidak kenal waktu, seperti saat pagi-pagi buta
jam 6 ketika saya sedang sibuk di dapur, si pelanggan buru-buru beli token karena saat bangun pagi dia baru sadar listriknya habis terpakai.
Bahkan ketika sedang tidur jam 12 malam ada yang mengetuk pintu rumah, katanya urgent, tagihan
sudah jatuh tempo, takut kena denda. Walaupun dikata jasa bayar
tagihan itu enteng hanya meluangkan waktu beberapa menit, tapi tetap saja jika
orang berdatangan tidak kenal waktu, seolah privasi kita sendiri pun kurang
terjaga.
Solusi: pasang tulisan di dinding kalau perlu ukuran besar, yang
mencantumkan jam kerja operasional kita. Misal dari 09.00 s/d 17.00. Tegaskan
pada tamu bahwa kita tidak melayani transaksi di luar jam itu, jelaskan juga
pada mereka bahwa selain jasa loket kita juga punya tanggung jawab lain,
seperti mengasuh anak, mengelola stock barang, dll.
Demikianlah pengalaman berbisnis loket pembayaran yang
pernah saya alami. Saat ini, saya sudah tidak menjalankan loket lagi karena
punya kesibukan lain yang membuat saya jarang duduk di rumah siang hari.
Kecuali untuk teman-teman dekat yang butuh pulsa baru saya layani karena toh
ada saat-saat dimana saya malas ke ATM. Apakah kamu juga tertarik membuka
loket? Yuk share pendapatmu disini! Kolom komentar terbuka untuk umum!
2 Komentar
Salah satu tantangan punya usaha di rumah, tetangga hutang atau tetangga seenaknya belanja, gak kenal waktu.
BalasHapusDulu mama saya perawat sekaligus merangkap semacam bidan.
Emosi banget rasanya, orang2 kalau jam kerja gak ada yang mau datang ke puskesmas, giliran udah selesai jam kerja, mereka pada datang ke rumah, minta obat seolah habis nitipin obat gitu ckckkckck
Sungguh dilema ya mbak ketika kita harus sibuk melayani orang di luar jam kerja, karena perawat kan juga manusia yang butuh istirahat. Anggaplah itu sebagai pengorbanan, karena ketika kita bekerja tak kenal waktu, itu akan menambah nilai plus diri kita yang membuat orang lebih respect :)
HapusHalo, saya Elsa! Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya.
Saya akan senang jika kamu mau berbagi pendapat di kolom komentar.
Setiap komentar yang masuk akan saya usahakan balas secepatnya!