Haruskah Saya Menikah?

Saya pernah mengalami masa-masa emas dalam hidup saya. Masih lajang, bisnis lancar, banyak teman. Menjadi single adalah pesta yang tidak berkesudahan. Berkenalan dengan lawan jenis yang menarik, indahnya mempromosikan diri, tidak perlu memberi kabar setiap kali bepergian. Namun saya sadar bahwa saya tidak bisa seterusnya menikmati semua ini, bahwa kebebasan adalah kemewahan terbesar dalam hidup saya yang akan saya rindukan.

Tuhan selalu punya cara untuk mempertemukan kita dengan orang-orang yang punya pemikiran sejalan. Itulah yang saat ini terjadi kepada saya, setelah satu tahun yang penuh dengan kegagalan terlewati, siapa sangka ternyata calon partner yang selama ini saya cari justru dia yang selama ini ada di dekat saya. Bagaimana bisa saya selama ini tidak menyadari keluarga dan lingkungan pergaulannya menerima keberadaan saya, saya seperti menemukan tempat.

Belajar dari pengalaman sendiri dan melihat pengalaman orang lain juga, terlintas pertanyaan di benak saya; untuk apa pacaran lama-lama kalau pada akhirnya putus? Memang benar jodoh itu Tuhan yang mengatur, tapi saya ingat kata-kata mantan bos saya kalau jodoh itu tetap kita yang mengusahakan. Saat ini saya berusia 21, teman-teman saya banyak yang menikah sebelum usia 20. Bagi saya tidak ada salahnya merencanakan pernikahan dari sekarang.

Mengenai pernikahan seperti apa yang saya inginkan. Pernah ada yang iseng bertanya, apakah Elsa menginginkan pernikahan yang mewah seperti menyewa gedung atau hotel? Pernikahan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup, harus dirayakan kalau bisa yang semeriah mungkin. Saya tidak menjawab, karena saya merasa pertanyaan seperti itu bukan untuk dijawab.

Sebagai anak yang sudah punya penghasilan sendiri, tentunya saya tidak akan meminta biaya pernikahan dari orang tua. Kalaupun calon suami bersedia membiayai, saya akan mencegahnya mengingat resepsi pernikahan kecil-kecilan saja bisa menghabiskan biaya sedikitnya 10 juta. Bagi saya uang sebanyak itu lebih baik dipakai modal, atau diinvestasikan. Menurut kamu, bagaimana jika seandainya ada pasangan yang memutuskan menikah tanpa resepsi? Jika berkenan, mohon share pendapatnya di komentar.

Posting Komentar

0 Komentar