Masih Ingin Jadi Penulis?


Saya pernah membuat angan-angan menjadi seorang penulis fiksi, menulis sesuatu untuk dibaca orang, dan saya pun terkenal. Ada beberapa alasan kenapa saya ingin jadi penulis, yang pertama adalah ketersediaan waktu dan fasilitas. I have a computer and internet, I can do everything.

Saya mencoba-coba menulis fiksi di catatan facebook, walaupun sulit tapi rasanya puas ketika mendapat pujian dari teman. Saya  mengirimkan artikel pengembangan diri ke situs majalah online, ketika dimuat dan mendapat hadiah voucher penerbitan buku, saya merasa bangga.

Ditambah saudara saya Uyo Yahya mendukung cita-cita saya menjadi penulis, meski teman-teman menertawakan karena mereka tidak tahu bagaimana penulis bisa menghasilkan uang, saya tetap percaya diri untuk terus menulis.

Namun apa daya nasib menjadikan saya penjual obat herbal, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh saya. Yang benar saja. Saya yang sejak SMP meski sedikit nakal tapi bercita-cita jadi seorang penulis, kemudian memilih jurusan Teknik Broadcasting di SMK untuk belajar perfilman. Setelah lulus sempat menganggur karena Production House yang membutuhkan jasa saya untuk menulis skenario film indie hanya bekerja ketika ada proyek, jadi saya menerima tawaran bekerja di Agen Obat Herbal sebagai marketing lalu diangkat jadi staff admin.

Setahun bekerja di Agen Obat Herbal memberi saya bekal untuk berwirausaha, meski dalam hati saya masih bertanya-tanya apakah masih ada kesempatan bagi saya untuk jadi penulis. Bahkan di masa-masa terpuruk pasca kegagalan berbisnis, saya sempat berpikir apakah ini pertanda bahwa saya tidak cocok di bisnis obat dan lebih baik jadi penulis saja. Tapi ketika berkonsultasi dengan David Raja, beliau memberikan kalimat sakti; "Siapa pun tidak akan cocok dalam bisnis apa pun jika dia berhenti di tengah jalan."

Sejak saat itu saya lupa kapan terakhir kali saya menulis fiksi. Untuk apa menulis fiksi kalau saya bisa menulis artikel di blog sendiri.

Melihat perkembangan usaha dan aset yang saya miliki saat ini, sepertinya saya akan melupakan keinginan saya untuk jadi penulis. Saya lebih senang berbisnis. Karena dalam berbisnis sekalipun, tetap dibutuhkan skill menulis baik itu update di sosial media maupun saat berinteraksi via chatting dan email. Hidup adalah pilihan, tidak memilih juga merupakan pilihan. Sering kali apa yang kita pilih bukanlah sesuatu yang kita sukai, tapi sesuatu yang kita kenali sebagai jati diri.

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Seorang penulis biasanya orgnya cerdas karna penulis juga suka membaca, dari situ banyak ilmu yang di dapat. Bukan cuma satu ilmu, tapi ilmu apapun yang di dapat dari tulis baca, misalnya ilmu bisnis, tehnologi, agama, pengobatan, kecantikan, dan sebagainya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semakin banyak orang yang mau menulis, maka bangsa kita akan semakin cerdas karena menulis adalah output. Untuk menghasilkan output yang berkualitas butuh banyak input karena harus dipilih-pilih, diolah, kemudian disampaikan kembali dengan bahasa sendiri.

      Hapus
  2. Saya juga mendukung, kalau menulis jangan di fb,tpai di wattpad siapa tahu bisa beruntun disana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh juga tuh di wattpad saya pertimbangkan. Saat ini masih pakai aplikasi Jurnal, sinkron di PC dan smartphone.

      Hapus
  3. Semangat saya, kalau saya masih lebih suka menulis di blog saja sih.
    Belum bisa nulis di hal lain.

    Bahkan 2 kali diajak nubar gitu, mau sekarat saya ikutnya, karenanya saya malas bikin buku meski keroyokan gitu :D

    Sementara memilih bangun blog saja dulu, sebagai modal nanti, dan juga me time saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun sampai lupa saya di tahun 2014 ada tulisan saya yang begini, hihihi..
      Bener mbak menulis di blog sendiri lebih asik, bisa menulis dengan gaya bahasa sendiri.

      Hapus

Halo, saya Elsa! Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya.
Saya akan senang jika kamu mau berbagi pendapat di kolom komentar.
Setiap komentar yang masuk akan saya usahakan balas secepatnya!